www.achsanmedia.cf |
Ajaran Islam terdiri dari dua
demensi yakni dimensi Lahiriah dan dimensi batiniyah. Pada dimensi batin,
mengisyaratkan manusia senantiasa memperhatikan fungsi dan peran hati nurani
sebagai mana seruan Ibnu Taimiyah “Ingatlah wahai orang yang hatinya mati, harapanmu
untuk mendapatkan sorga menghalangimu untuk sampai kepada Allah SWT.1 Harapan
itu hendaknya dimatikan dan diganti dengan harapan untuk bersatu dengan Allah
SWT. Apabila hatinya telah merasakan Cinta dan Ridha (Zawy dan Wajd), Ketika
itu berzikir kepada Allah SWT. ia merasakan keagungan Allah SWT. (Jalal) serta
merasakan keindahan-Nya (Jamal). Inilah seruan para "sufi". Tidakkah
kita pernah merasakan hal semacam itu walau hanya sekali?.
Namun, mustahil terjadi bila hati
seseorang tidak senantiasa dekat dengan Allah SWT. Untuk mencapai semua hal
itu, metode dan jalan (thariq-nya) telah tertuang secara sistimatik
pembahasannya dalam buku "Akhlak Tasawuf" yang ada ditangan para
pembaca yang budiman. Buku ini dijadikan penuntun untuk menapaki semua gang,
lorong dan jalan yang panjang untuk menuju jalan-Nya hingga dapat menyaksikan
Diri-Nya secara "Rohaniyah". Sebab Allah SWT. sendiri berkatadalam
firman-Nya2 bahwa "Akan tidak lari jauh, melainkan Aku dekat dan Lebih
Dekat dari urat Nadi yang ada dilehermu ". "Akhlak Tasawuf" pada
dasarnya akan menyentuh pada substansi kehidupan Sufi yakni caracara hidup
seseorang yang mendalami makna ketauhidan serta istiqamah dalam menjalankan
aturan dan rambu-rambu Syariat yang menjadi norma agama Islam.
Pengamalan dan penghayatan tidak
bisa dipisahkan antara keduanya yakni Tauhid dan Syariat, sebab dengan begitu
pemahaman kita bulat (utuh) tidak varsial itulah menjadi pondasi munculnya
perilaku setiap insan pada derajat yang mulia dan tinggi yakni “Ihsan” Agama
seringkali menjadi simbol kehidupan belaka, menjadikan agama sebagai tameng
sosial dalam setiap berinteraksi terutama bagi masyatakat Islam secara khusus,
dapat lihat bagaimana perang sarah akhir-akhir ini yang cukup mewarnai bangsa
Indonesia dan dunia pada umumnya. Namun jika ditelaah dengan sungguh-sungguh,
maka nampak bahwa masyarakat Islam yang mendominasi atau lebih banyak di setiap
daerah, fenomena tersebut ditemukan pula bahwa ternyata kejahatan moral dan
kekufuran justru muncul lebih nyata ditengah-tengah mereka, patutlah dipikirkan
bersama, dan menjadi tugas para ulama dan pemikir Islam mengapa fenomena itu
terjadi.
Dalam hal ini penulis menilai
bahwa persoalan itu bukanlah sematamata kebejatan (kehatan) moral, melainkan
ada unsur ketidaktahuan masyarakat karenanya diperlukan peran dakwah yang lebih
intensif. Memberikan pencerahandan pengkajian secara tepat dan berkesinambungan
terhadap nilai agama sebab dengan dangkalnya pemahaman agama masyarakat akan
menyebabkan munculnya gagal paham diantara mereka, hilang arah dan kurangnya
keteladan diantara mereka sehingga memicu semakin kuatnya kekaburari pemahaman
masyarakat. Ibarat ingin berjalan melalui lorong gelap, tidak tahu arah, tidak
mengerti cara dan langkah yang harus mereka tempuh untuk mendekatkan diri pada
Tuhan dan meninggalkan kejahatan dan kebatilan. Sebagai fitrah, manusia memang
selalu dan selamanya dalam kesalahan sebab intrik-intrik dunia dengan segala
isinya yang demikian memabukkan, membuat hati dan pikiran seakan tidak berjalan
seiring, kadang pikiran mengungguli peran hati, menyebakan hati sanubari tidak
dapat menjadi pengendali pada sendiri-sendiri organ tubuh hingga berdampak pada
sendi kehidupan sehari-hari.
Melakukan kesalahan (khilaf)
adalah rutinitas manusia dan kadangkalah justru lamban menyadarinya sehingga
luput melakukan pertobatan hingga datangnya musibah dan petaka yang
berkelanjutan. Tuhan menilai kebaikan hamba-Nya bukan karena dia tidak
melakukan kesalahan, namun justru jika manusia itu selalu sadar dan cepat
keluar dari kesalahannya, maka itulah kesempatan (momentum) Allah SWT.jika
berkenan melakukan mengampunan dan mengembalikannya pada derajat yang
Mulia.Adakah manusia patuh pada jalan ini ?, tentu saja ada walaupun sedikit
jumlahnya. Dalam buku ini, penulis akan mengurai secara detail dan tuntas
terkait pendalam ke-Tauhidan serta pendalaman pengamalan Syariat dalam waktu
berjenjang dan berkesinambungan, dengan demkian menjadi dasar munculnya sikap
yang amanah, santun, dan berperilaku baik yang disebut Ihsan.
Buku akhlak Tasawuf menjadi
kajian inspiratif dan tuntunan bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa dengan
mata kuliah Akhlak Tasawuf dalam menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh dan
penuh penghayatan. Menjadikan ibadah adalah sebuah kebutuhan bukan semata-mata
karena kewajiban belaka. Semua orang bisa salah dalam bertindak, namun jangan
pernah salah dalam memahami esensi Tuhan yang disembahnya, sehingga dengan
menyebah Tuhan secara pasti bukan “kira -kira” jika hal ini terjadi, maka dapat
khusyu’ dan bahagia, menjadikan zikir dan wirid sebagai media berkomunikasi
dirinya dengan Tuhannya, sebagai tempat Curhat non stop tanpa batas waktu dan
juga dipastikan aman, tidak ada dampak sosial (tidak aneh-aneh). paling tidak
belajar tentang ilmuilmu ke-Ma'ri fat -an (pengenalan diri dan Pengenalan
Tuhan), baca artikel penulis,3 inti dari tulisan ini memuat kajian pembelajaran
bagaimanaseseorang bisa secara keilmuan dapat mengolah pikiran, batin dan
perilakunya untuk memperoleh ketenangan jiwa sebagaimana Allah SWT dalam
firman- Nya 'senantiasa menyapa hamba-Nya bagi yang dalam keadaan jiwa yang
tenang dengan memakai kata Nafsu’ Hai nafsu yang tenang, dan disini jelas bahwa
Allah SWT. hanya akan memanggil mereka yang tenang hatinya saja, lalu selain
itu akan kemana? Apakah akan gentayangan selamanya di alam sana? Semoga para
mahasiswa, mahasiswi dan para pembaca yang dirahmati Allah SWT.
Tulisan ini tentunya tidak lupuk
dari kesalahan dan kekeliriuan, oleh karenanya atas nama penulis memohon maaf
yang setulus hati, dan penuh harapan semoga semua pihak berkenan memberikan
saran, kritikan dan masukan yang membangun demi kesempurnaan buku ini
selanjutnya. Akhir kata mari kita menjadikan buku ini sebagai salah satu wadah
atau media informasi, menambah pengetahuan yang manfaat, menginspirasi dan meneguhkan
langkah menuju jalan Ilahi. Amin.
Bangka Belitung, Maret 2020
Penulis
Posting Komentar